Kamis, 20 Juni 2013

Emansipasi Paradigma Baru

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

iklan-tusfiles Emansipasi, kata ini sudah lama kita semua kenal dan tahu persis makna yang terkandung didalamnya seperti apa. R.A Kartini sebagai pilar emansipator sudah mendeklarasikan perubahan pada wanita untuk mengecap pendidikan yang sama halnya dengan kaum laki-laki, seperti itu salah satu contohnya. Kata emansipasi dan perubahan mestinya tetap ada sampai detik sekarang ini pada dunia pendidikan. Hal ini akan berimbas pada bagaimana akselerasi sebuah perubahan pada sudut pendidikan untuk menjamin pendidikan yang lebih baik sehingga angka buta huruf yang ada pada setiap daerah bisa berkurang. Yang menjadi masalah sekarang adalah eksistensi para pelaku pendidikan itu sendiri. Element pendidikan dibawah garis Dinas Pendidikan dan Tenaga-tenaga guru yang mengelola siswa sehingga mereka menjadi orang yang lebih berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Melirik Emansipasi dalam Dunia Pendidikan, ada beberapa hal yang bisa dijadikan sebagai barometer masalah yakni sistem pendidikan yang selalu berubah-berubah pada setiap tahunnnya. Dan yang berikutnya adalah perubahan silabus yang cenderung tidak menguatkan integritas home made.

Dengan adanya perubahan banyak pada sistem pendidikan, bukannya berakibat baik untuk pelaku-pelaku dunia pendidikan, melainkan malah bertambah susah di berdayakan karena memang terlalu banyak aspek yang harus dilewati untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Terlalu banyak opsi-opsi yang diberlakukan sehingga perjalannya pun terkesan mandet di tengah jalan. Sebagai salah satu contoh, banyak sekali siswa yang pada ujian Nasional tidak sampai lulus untuk jenjang berikutnya, banyak sekolah-sekolah yang memiliki rata-rata ketidaklulusan siswa, meskipun sistem pendidikan Indonesia berubah dan direnovasi, apa yang kurang? dan kenapa hal ini bisa terjadi?
Dari pengalaman saya pribadi, sistem penndidikan terkesan mundur karena dilatar belakangi dengan perubahan sistem pendidikan ini selalu dirubah dalam jangka waktu pendek, dari situ akan terkesan terburu. Pandangan saya, biarkan sistem itu berjalan dalam periode yang sedikit lama dari biasanya. Dari situ bisa diestimasikan kekurangan dan kelebihannya, kekurangannya bisa ditambah dengan membuat sistem pendidikan yang baru.
Siswa baynak yang tidak lulus bukan berarti mereka bodoh dalam menjawab setiap soal yang diujikan. Hanya saja kurangnya peningkatan motivasi diri siswa dan gemblengan dari guru itu sendiri. Semakin banyak motivasi belajar maka akan terarah kelulusan itu.
Masalah yang kedua adalah silabus cenderung berubah-rubah, dengan adanya perubahan silabus pada perangkat pendidikan belum tenntu akan menghasilkan maksimal sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan akan berwujud sebuah beban baru bagi guru itu sendiri dalam membangun perangkat pelajaran yang efisien bagi siswa. Pengembangan perangkat pelajaran ini tidak hanya dibutuhkan kemampuan analistik saja,melainkan juga kemampuan guru dalam merancang proses pendidikan dari awal sampai akhir secara tertulis. Ketika perubahan silabus itu terulang setiap kali, maka perubahan yang akan dilakukan guru juga akan berubah dan pembedahan perangkat pelajaran. Fasilitas sekolah juga harus mendukung demi kelancaran pengajaran.
Semua itu kembali lagi kepada kita semua, kita tidak terlalu larut dalam pertanyaan melainkan bagaimana kita semua element yang bekerja dalam dunia pendidikan bisa kerja sama untuk bahu membahu membenahi setiap masalah yang dihadapi bersama.
Dunia Pendidikan bukan hanya untuk satu orang saja, melainkan semua element itu sendiri bisa diberdayakan dan mencapai hasil yang lebih baik untuk generasi kita semua nanti.
bannerkomen
Share this article :

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :

0 komentar:

Posting Komentar