Kamis, 19 Februari 2015

Flash Back Guru dan Siswa "Kisah Sedih di Sekolah"

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

iklan-tusfiles
Akhir-akhir ini, Pemerintah Pusat tengah membuat sebuah pembaharuan untuk para guru, cerita program-program Pemerintah tersebut tanpa menunggu lama beredar di tengah masyarakat khususnya ditengah kaum guru sekarang. Mulai dari perubahan Kurikulum dari KTSP menjadi Kurikulum 2013, Peleburan Sertifikasi menjadi Tunjangan Kesejahteraan yang mana hitungan gajinya akan di lihat menurut pangkat dan golongan. Tuntutan lain juga para guru harus merevisi pola belajar belajar mengajar mereka yang nantinya akan dinilai melalui Perangkat PKG (Penilaian Kinerja Guru) untuk mendapatkan Angka Kredit serta SKP (Sasaran Kerja Pegawai Negeri Sipil) untuk mendapatkan DP3 mereka.

Baru-baru ini juga Pemerintah Pusat melalui tangannya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meresmikan Direktorat Jenderal Guru, yang mana Direktorat ini dikhususkan untuk para guru bisa melakukan terobosan baru dalam meningkatkan SDM yang telah ada.

Namun, siapa sangka dibalik ria gempita tersebut telah terjadi kisah-kisah sedih yang dialami oleh para guru itu sendiri.
Kisah Sedih Guru di Sekolah

#Guru dapat Hukuman Gantung Kertas di dada.

Dalam media sosial seperti Facebook Seperti layaknya peserta didik, seorang guru juga mendapatkan hukuman yang sama seperti peserta didik yakni menggantungkan kardus di dada dengan bahasa “Saya malu karena Terlambat” . Kalau di pikir-pikir, kejadian ini tidak seharusnya terjadi, karena akan menimbulkan dampak yang sangat besar, salah satunya adalah jadi dengan adanya kejadian itu, peserta didik akan beranggapan bahwa seorang guru sama nilainya dengan peserta didik. Kasarnya, guru jadi peserta didik, kalau pun mendapat hukumann, tidak semestinya hukuman yang seperti itu.Mungkin sebagai contoh sanksi administrasi dari sekolah atau yang lainnya selain dari hukuman tadi. Tidak hanya itu, ada juga kisah sedih para guru yang di pedalaman yang harusnya dilirik dan diperhatikan penuh oleh pemerintah.

#Seorang Menghukum Siswanya karena Tidak Kerjakan PR, Na’asnya Siswa tersebut Meninggal saat Menjalani Hukuman.


Kisah sedih di Majalengka, seorang guru pun menghukum siswinya karena tidak mengerjakan PR, alhasil siswi itu meninggal pada saat menjalani hukuman. Kejadian ini serentak sangat memilukan buat saya. Kenapa kejadian harus seperti ini,??? Kalau bisa saya berpendapat untuk ke depannya, kita harus mengubah pola mengajar tersebut, yang tadinya final action dari setiap masalah dengan peserta didik hanya dengan fisik baik berupa hukuman lari-larian maupun pukul-pukulan, cobalah untuk lebih menekankan pada pendidikan persuasif dengan orang tuanya sehingga kita lebih memahami kenapa siswa tersebut tidak melakukan atau mengerjakan tugas yang diberikan.
Saya pikir itu semua, akan berawal dari guru dan orang tua, guru memberikan pelajaran di sekolah dan Orang tua memberikan atau memperhatikan kegiatan belajarnya di sekolah maupun di rumah.


Kalau kedua belah pihak ini bisa menjadi solusi, saya pikir itu layak di coba.

Untuk teman-teman pengunjung yang ingin update artikel atau info dari Blog InfoNET , klik disini untuk berlangganan gratis via email, secara otomatis mengirimkan update infonya ke email anda. Terimakasih.





bannerkomen
Share this article :

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA :

0 komentar:

Posting Komentar